KELUARGA HARMONIS
By. Muhammad Ilham Ihwan
Latar Belakang
Hidup berkeluarga adalah fitrah setiap manusia.Islam dengan
kesempurnaan ajarannya mengatur tentang konsep keluarga yang di bangun di atas
dasar perkawinan.Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita
(yang secara fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil
pertemuan ini juga akan berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan
dari perkawinan tersebut. Dan dari perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga
yang diatasnya didirikan peraturan hidup khusus dan sebagai konsekuensi dari
sebuah perkawinan.
Dalam mengarungi samudera kehidupan rumah tangga tidaklah semudah
apa yang kita bayangkan, tidak jarang sebuah rumah tangga terhempas gelombang
badai yang akhirnya berdampak bagi keharmonisan keluarga.Tidak sedikik keluarga
yang akhirnya tercerai berai tak tentu arah akibat hempasan gelombang badai,
namun tidak sedikit juga keluarga yang tetap kokoh melayari samudera kehidupan
rumah tangga karena mampu menjaga keharmonisan keluarga.
Keharmonisan keluarga merupakan syarat penting dalam mengarungi
kehidupan rumah tangga agar mereka mampu menghadapi berbagai goncangan dan
hempasan badai dalam rumah tangga. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep
keharmonisan keluarga sangat diperlukan karena kebanyakan keluarga yang gagal
adalah keluarga yang tidak mmahami akan pentingnya keharmonisan keluarga.
Keharmonisan keluarga merupakan dambaan setiap orang yang ingin
membentuk keluarga atau yang telah memiliki keluarga, namun masih banyak yang
kesulitan dalam membangun keharmonisan keluarga.Dalam membangun keharmonisan
keluarga sangat dipengaruhi oleh tiga kecerdasan dasar manusia yaitu Kecerdasan
Spiritual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Intelektual.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dirumuskanlah beberapa masalah
yang penting tuk dikaji dan dipahami, antara lain:
1.
Apakah pengertian keluarga harmonis itu?
2.
Apa factor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga?
3.
Apa ciri-ciri keluarga harmonis?
4.
Bagaimana cara membentuk keluarga harmonis?
5.
Sejauhmana IQ, EQ, dan SQ mempengaruhi terbentuknya keharmonisan
keluarga?
Rumusan Tujuan
Dari rumusan
masalah di atas maka dirumuskanlah tujuan di tulisnya makalah ini, antara lain:
1.
Memahami makna keluarga harmonis.
2.
Mengetahui factor-factor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga.
3.
Mengtahui ciri-ciri keluarga harmonis.
4.
Tahu bagaimana cara membentuk keluarga harmonis.
5.
Mengetahui pengaruh IQ, EQ dan SQ dalam membentuk keharmonisan
keluarga.
Keharmonisan
keluarga merupakan dambaan setiap pasangan suami-istrikarena dalam keharmonisanitu
terbentuk hubungan yang hangat antaranggota keluarga dan juga merupakan tempat
yang menyenangkan sertapositif untuk hidup. Adapun pengertian tentang keharmonisan
keluarga, dibawah ini akan dipaparkan menurut beberapa tokoh.
Secara
terminologi keharmonisan berasal dari kata harmonis yangberarti serasi,
selaras.Titik berat dari keharmonisan adalah keadaan selarasatau
serasi.Keharmonisan bertujuan untuk mencapai keselarasan dankeserasian dalam
kehidupan.Keluarga perlu menjaga
kedua hal tersebut untukmencapai keharmonisan.[1]
Basri mengatakan, “keluarga yang
harmonis dan berkualitasyaitu keluarga yang rukun bahagia, tertib, disiplin,
saling menghargai, penuhpemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos
kerja yang baik,bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah,
berbaktipada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan, dan memanfaatkan
waktuluang dengan hal yang positif dan mampu memenuhi dasar keluarga.[2]
Pendapat
senada juga dikemukakan oleh Qaimi,“bahwa
keluarga harmonis merupakan keluarga yang penuh
denganketenangan, ketentraman, kasih sayang, keturunan dan kelangsungan
generasimasyarakat, belas-kasih dan pengorbanan, saling melengkapi,
danmenyempurnakan, serta saling membantu dan bekerja sama.[3]Selain itu, Drajatjuga berpendapat bahwa keluarga yang harmonis
atau keluarga bahagiaadalah apabila kedua pasangan tersebut saling menghormati,
saling menerima,saling menghargai, saling mempercayai, dan saling mencintai.[4]
Sedangkan
Gunarsah berpendapat bahwa keluarga bahagiaadalah apabila seluruh anggota
keluarga merasa bahagia yang ditandai olehberkurangnya rasa ketegangan,
kekecewaan, dan puas terhadap seluruhkeadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi
dan aktualisasi diri) yang meliputiaspek fisik, mental, emosi, dan sosial.[5]
Menurut
Sarlito bahwa keluarga harmonis hanya
akan tercipta kalaukebahagiaan salah satu anggota berkaitan dengan kebahagiaan
anggota-anggotakeluarga
lainnya. Secara psikologi dapat berarti dua hal[6]:
1. Terciptanya keinginan-keinginan,
cita-cita dan harapan-harapan dari semuaanggota keluarga.
2. Sesedikit mungkin terjadi konflik dalam
pribadi masing-masingmaupun
antar pribadi.
Suami
istri yang bahagia menurut Hurlock
adalah suami istriyang memperoleh kebahagiaan bersama dan membuahkan keputusan
yangdiperoleh dari peran yang mereka mainkan bersama, mempunyai cinta
yangmatang dan mantap satu sama lain, dan dapat melakukan penyesuaian
seksualdengan baik, serta dapat menerima peran sebagai orang tua.[7]
Dlori
berpendapat keharmonisan keluarga adalah bentukhubungan yang dipenuhi oleh
cinta dari kasih, karena kedua hal tersebutadalah tali pengikat keharmonisan.[8]
Kehidupan keluarga yang penuh cintakasih tersebut dalam islam disebut mawaddah-warahma.
Yaitu keluarga yangtetap menjaga perasaan cinta; cinta terhadap
suami/istri, cinta terhadap
anak,juga cinta pekerjaan. Perpaduan cinta suami-istri ini akan menjadi
landasanutama dalam berkeluarga. Islam menganjarkan agar suami memerankan
tokohutama dan istri memerankan peran lawan yaitu menyeimbangkan karaktersuami.
Allah berfirman dalam Q.S Ar-Rum: 21
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakanuntukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung danmerasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dansayang.Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tandabagi
kaum yang berfikir”.
Dari
beberapa definisi tentang keharmonisan keluarga yangdikemukakan para tokoh di
atas, maka dapat disimpulkankeharmonisan
keluarga adalah keadaan keluarga di mana para anggotanyamerasa bahagia, saling
mencintai dan saling menghormati serta dapatmengaktualisasikan diri sehingga
perkembangan anggota keluargaberkembang secara normal.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keharmonisan Keluarga
Ada
banyak ahli yang mengemukakan tentang faktor-faktor yangmempengaruhi
keharmonisan keluarga. Di bawah ini akan dikemukakanbeberapa faktor yang
mempengaruhi keharmonisan keluarga menurut paraahli.
Keluarga
harmonis atau sejahtera merupakan tujuan penting.Olehkarena itu untuk menciptakan perlu
diperhatikan faktor-faktor berikut:
1. Perhatian. Yaitu menaruh hati pada
seluruh anggota keluarga sebagai dasarutama hubungan yang baik antar anggota
keluarga. Baik padaperkembangan keluarga dengan memperhatikan peristiwa dalam
keluarga,dan mencari sebab akibat permasalahan, juga terdapat perubahan pada
setiapanggotanya.
2. Pengetahuan. Perlunya menambah
pengetahuan tanpa henti-hentinya untukmemperluas wawasan sangat dibutuhkan
dalam menjalani kehidupankeluarga. Sangat perlu untuk mengetahui anggota
keluaranya, yaitu setiapperubahan dalam keluarga, dan perubahan dalam anggota
keluarganya, agarkejadian yang kurang diinginkan kelak dapat diantisipasi.
3. Pengenalan terhadap semua anggota
keluarga. Hal ini berarti pengenalanterhadap diri sendiri dan pengenalan diri
sendiri yang baik penting untukmemupuk pengertian-pengertian.
4. Bila pengenalan diri sendiri telah
tercapai maka akan lebih mudahmenyoroti semua kejadian atau peristiwa yang
terjadi dalam keluarga.Masalah akan lebih
mudah diatasi, karena banyaknya latar belakang lebihcepat terungkap dan
teratasi, pengertian yang berkembang akibatpengetahuan tadi akan mengurangi
kemelut dalam keluarga.
5. Sikap menerima. Langkah lanjutan dari sikap pengertian
adalah sikapmenerima, yang berarti dengan segala kelemahan, kekurangan,
dankelebihannya, ia seharusnya tetap mendapatkan tempat dalam keluarga.Sikap
ini akan menghasilkan suasana positif dan berkembangnyakehangatan yang melandasi
tumbuh suburnya potensi dan minat darianggota keluarga.
6. Peningkatan usaha. Setelah menerima
keluarga apa adanya maka perlumeningkatkan usaha. Yaitu dengan mengembangkan
setiap dari aspekkeluarganya secara optimal, hal ini disesuaikan dengan setiap
kemampuamnmasing-masing, tujuannya yaitu agar tercipta perubahan-perubahan
danmenghilangkan keadaan bosan.
Keluarga
harmonis atau keluarga bahagia adalah apabila dalamkehidupannya telah
memperlihatkan faktor-faktor berikut:
1. Faktor kesejahteraan jiwa. Yaitu rendahnya frekwensi
pertengkaran danpercekcokan di rumah, saling mengasihi, saling membutuhkan,
salingtolong-menolong antar sesama keluarga, kepuasan dalam pekerjaan
danpelajaran masing-masing dan sebagainya yang merupakan indikator-indikatordari
adanya jiwa yang bahagia, sejahtera dan sehat.
2. Faktor kesejahteraan fisik. Serinnya anggota keluarga
yang sakit, banyakpengeluaran untuk kedokter, untuk obat-obatan, dan rumah
sakit tentu akanmengurangi dan menghambat tercapainya kesejahteraan keluarga.
3. Faktor perimbangan antara pengeluaran
dan pendapatan keluarga.Kemampuan keluarga dalam merencanakan hidupnya
dapatmenyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran dalam keluarga[10].
Kunci
utama keharmonisan sebenarnya terletak pada kesepahamanhidup suami dan istri.
Karena kecilnya kesepahaman dan usaha untuk salingmemahami ini akan membuat
keluarga menjadi rapuh. Makin banyakperbedaan antara kedua belah pihak maka
makin besar tuntutan pengorbanandari kedua belah pihak.Jika salah satunya tidak
mau berkorban maka pihaksatunya harus mau berkorban.Jika pengorbanan tersebut
telah melampaui batasatau kerelaannya maka keluarga tersebut terancam.Maka
fahamilah keadaanpasangan, baik kelebihan maupun kekurangannya yang kecil hinga
yangtebesar untuk mengerti sebagai landasan dalam menjalani
kehidupanberkeluarga. Rencana kehidupan yang dilakukan kedua belah pihak
merupakanfaktor yang sangat berpengaruh karena dengan perencanaan ini keluarga
bisamengantisiapsi hal yang akan datang dan terjadi saling membantu untuk
misikeluarga[11].
Membina
rumah tangga akan berhasil tergantung dari penyesuaianantara kedua belah fihak
dan bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan, makakedua belah pihak harus
memperhatikan:
1. Menghadapi kenyataan. Suami istri perlu
menghadapi kenyataan hidup darisemua yang terungkap dan tersingkap sebagai
suatu tim, danmenanggulanginya dengan bijaksana untuk menyelesaikan masalah.
2. Penyesuaian timbal balik perlu usaha
terus menerus dengan salingmemperhatikan, saling mengungkapkan cinta kasih
dengan tulus,menunjukkan pengertian, penghargaan, dan saling memberi
dukungansemangat. Kesemuanya berperan penting dalam memupuk hubungan yangbaik,
termasuk dalam hubungan yang paling intim dalam hubungan suamiistri adalah
seks.
3. Latar belakang suasana yang baik. Untuk
menciptakan suasana yang baik,dilatar belakangi oleh pikiran-pikiran, perbuatan
dan tindakan yang penuhkasih sayang. Maka macam-macam perasaan jengkel, kecewa,
tidak adilyang bisa menimbulkan prasangka curiga yang mewarnai suasana
hubungansuami istri dan mempengaruhi hubungan intem mereka harus dijauhi.[12]
Pembentukan
keluarga harmonis hendaknya diniatkan untukmenyelenggarakan kehidupan keluarga
yang penuh dengan semangatmawaddah-warahmah dengan selalu mendekatkan
diri kepada Allah danmendambakan keridhaanNya, limpahan hidayah dan taufiq-Nya.
Kehidupankeluarga yang didasari oleh niat dan semangat beribadah kepada Allah,
insyaAllah keluarga yang demikian akan selalu mendapatkan perlindungan dalammendapatkan
tujuan-tujuannya yang penuh dengan keluhuran.[13]
Kasih sayang
yang tertanam dalam hati dan menjadi kelembutan dalamsikap, tindakan dan ucapan
akan memberikan hamba tersebut ketenangankalbu. Karenanya pasangan yang tingkah
lakunya lembut akan mendapatkan banyak kebahagiaan dalam kehidupannya.Cinta
yang berakar pada tempramen yang lembut pada siapapun yangdicintai. Begitu pula
dalam keluarga, jika suami mempunyai sikap lembut padaistrinya, terhadap
keluarga, terhadap masyarakat, maka suasana akan dirasanyaman, keluarga menjadi
harmonis, punya banyak teman, disukai dandihormati oleh masyarakat.[14]
Firman Allah dalam Q.S Ali-Imran ayat 159:
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembutterhadap
mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulahmereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu ma'afkanlah mereka,mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan merekadalam urusan itu. kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, Makabertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orangyang bertawakkal kepada-Nya”.
Berdasarkan
pendapat beberapa tokoh di atas yang menyebutkantentang faktor-faktor
keharmonisan keluarga, maka kita
dapatmenyimpulakan bahwa faktor keharmonisan keluarga adalah adanya
salingmenghargai diantara anggota keluarga, saling menyayangi,
terjaganyakesehatan rohani dan jasmani serta perekonomian yang matang.
Ciri-Ciri Keluarga Harmonis
Suatu
keluarga dapat dikatakan harmonis jika cirri-ciri yang melatarbelakangi
keharmonisan keluarga sudah terpenuhi atau tercapai. Di bawah iniakan
dijelaskan ciri-ciri keluarga harmonis menurut beberapa tokoh.Kunci dalampembentukan
keluarga adalah:[15]
1. Rasa cinta kasih sayang. Tanpa keduanya
rumah tangga takkan berjalanharmonis. Karena keduanya adalah power untuk
menjalankan kehidupanrumah tangga.
2. Adaptasi dalam segala jenis interaksi
masing-masing, baik perbedaan ide,tujuan, kesukaan, kemauan, dan semua hal yang
melatar belakangimasalah. Hal itu harus didasarkan pada satu tujuan yaitu
keharmonisanrumah tangga.
3. Pemenuhan nafkah lahir batin dalam
keluarga. Dengan nafkah makaharapan keluarga dan anak dapat terealisasi
sehingga terciptakesinambungan dalam rumah tangga.
Menurut
Basri untuk meraih keharmonisan keluargaperlu memiliki sifat-sifat ideal dan
menerapkannya dalam rumah tangga, sifattersebut adalah:[16]
1. Persyaratan fisik biologis yang
sehat-bugar. Hal ini penting karena: untukmenjalankan tugasnya keduanya
memerlukan tubuh atau anggota badanyang sehat.
2. Psikis rohaniah yang utuh. Kondisi
psikis rohaniah yang utuh sangatdiperlukan dalam menunjang kemampuan seseorang
dalam menghadapi danmenyelesaikan masalah dalam rumah tangga dengan mental yang
sehat akanmampu mengendalikan
emosi yang kadang tergoncang karena berbagaimacam alasan dan situasi. Taraf
kepribadian dan rohani yang utuh danteguh sangat diperlukan, karena dalam
perjalanan hidup banyak godaan dancobaan silih berganti, baik dalam moral
kesusilaan, keadilan, kejujuran,tanggung jawab sosial dan keagamaan.
3. Kondisi sosial dan ekonomi yang cukup
memadai untuk memenuhi hiduprumah tangga. Hal ini dapat berupa semangat dan
etos kerja yang baikdalam memenuhi nafkah, kreatifitas dan semangat untuk
mengusahakannya,sehingga keluarga akan terpenuhi kebutuhannya.
Zakia
Daradjat menjelaskan beberapa
persyaratan dalammencapai keluarga yang harmonis, adapun syarat tersebut
adalah:[17]
1. Saling mengerti antara suami istri, yaitu; (a) mengerti
latar belakangpribadinya; yaitu mengetahui secara mendalam sebab akibat
kepribadian(baik sifat dan tingkah lakunya) pasangan, (b) mengerti diri
sendiri;memahami diri sendiri, masa lalu kita, kelebihan dan kekurangan kita,
dantidak menilai orang berdasarkan diri kita sendiri.
2. Saling menerima. Trimalah apa adanya pribadinya,
tugas, jabatan dansebagainya jika perlu diubah janganlah paksakan, namun
doronglah dia agarterdorong merubahnya sendiri. Karena itu; (a) terimalah dia
apa adanyakarena menerima apa adanya dapat menghilangkan ketegangan
dalmkeluarga. (b) Terimalah hobi dan kesenangannya asalkan tidak
bertentangandengan norma dan tidak merusak keluarga. (c) terimalah keluarganya.
3. Saling menghargai. Penghargaan
sesungguhnya adalah sikap jiwa terhadapyang lain. Ia akan memantul dengan
sendirinya pada semua aspekkehidupan, baik gerak wajah maupun prilaku. Perlu
diketahui bahwa setiapoaring perlu dihargai. Maka menghargai keluarga adalah
hal yang sangatpenting dan harus ditunjukkan dengan penuh keikhlasan dan
kesungguhan.Adapun cara menghargai dalam keluarga adalah: (a)
Menghargaiperkataan dan perasaannya. Yaitu: menghargai seseorang yang
berbicaradengan sikap yang pantas hingga ia selesai, menghadapi setiap
komunikasidengan penuh perhatian positif dan kewajaran, mendengarkan
keluhanmereka. (b) Menghargai bakat dan keinginan sepanjang tidak
bertentangandengan norma. (c) Menghargai keluarganya.
4. Saling mempercayai. Rasa percaya antara
suami istri harus dibina dandilestarikan hingga hal terkecil terutama yang
berhubungan dengan akhlaq,maupun segala kehidupan. Diperlukan diskusi tetap dan
terbuka agar tidakada lagi masalah yang disembunyikan. Untuk menjamin rasa
saling percayahendaknya memperhatikan: (a). Percaya pada dirinya. Hal ini
ditunjukkansecara wajar dalam sikap ucapan, dan tindakan. (b). Percaya
akankemampuannya, baik dalam mengtur perekonomian keluarga,mengendalikan rumah
tangga, mendidik anak, maupun dalam
hubungannyadengan orang lain dan masyarakat.
5. Saling mencintai. Syarat ini merupakan
tonggak utama dalam menjalankankehidupan keluarga. Cinta bukanlah keajaiban yang
kebetulan datang danhilang namun ia adalah “usaha untuk…”. Adapun syarat
untukmempertalikan dengan cinta
adalah; (a). Lemah lembut dalm bicara. (b).Menunjukkan perhatian pada pasangan,
terhadap pribadinya maupunkeluarganya. (c). Bijaksana dalam pergaulan. (d).
Menjauhi sikap egois (e).Tidak mudah tersinggung. (f) Menentramkan batin
sendiri. Karena takkanbisa menentramkan batin seseorang apabila batinnya
sendiri tidak tentram,orang disekitarnya pun tidak akan nyaman. Saling terbuka
danmembicarakan hal dengan pasangan adalah kebutuhan yang dapatmenentramkan
masalah. Peran agama dan spiritual pun sangat menentukan.Dengannya kemuliyaan
hati tercermin dalam tingkah laku yang lebih baikdan menarik. Oleh sebab itu
oarng yang tentram batinnya akanmenyenangkan dan menarik bagi orang lain. (g).
Tunjukkan rasa cinta. Halini dapat melalui tindakan, ucapan, terhadap pasangan.
Pegangan atau kriteria keluarga bahagia
atau harmonis, kriteritersbut adalah;[18]
1. Menciptakan kehidupan agama atau
spiritualitas dalam keluarga. Karenadalam agama terdapat nilai-nilai moral atau
etika kehidupan. Landasanutama agama dalam kehidupan terutama rumah tangga
adalah kasih sayang.Penelitian mengatakan keluarga yang tidak religious,
komitmen agamanyarendah, atau yang tidak mempunyai komitmen sama sekali berisiko
empatkali tidak bahagia, dan berakhir dengan broken home, perceraian,
tak adakesetiaan, dan kecanduan NAZA.
2. Terdapat waktu bersama keluarga. Sesibuk
apapun keluarga tersebuthendaknya para anggota keluarga harus menyediakan waktu
untuk keluargaatau suasana kebersamaan dengan unsur-unsur keluarga sebagai
usahapemeliharaan hubungan.
3. Dalam interaksi segitiga, keluarga
menciptakan hubungan yang baik antaraanggotanya. Komunikasi yang baik dan dua
arah, suasana demokratis dalamkeluarga harus dijaga agar tidak terjadi
kesenjangan diantara anggotakeluarga.
4. Saling harga-menghargai dalam interaksi
ayah, ibu, dan anak. Hal inidilakukan melalui ucapan, tindakan, dan sikap yang
tertanam dalamanggota keluarga.
5. Keluarga sebagai unit terkecil harus erat
dan kuat, jangan longgar, danjangan rapuh. Mereka bukan hanya dekat di mata
namun juga harus dekat dihati. Hubungan silaturrahmi berdasarkan kasih sayang
haruslah dibinadalam keluarga.
6. Jika mengalami krisis dan
benturan-benturan, maka prioritas utamanyaadalah keutuhan keluarga.
Jika
aspek di atas telah terpenuhi dan berfungsi dengan baik berdasarkanpada
tuntunan nilai-nilai spiritual agama maka keharmonisan keluarga akanmudah
diraih.Dalam agama islam juga disebutkan ciri-ciri keharmonisan keluargaadalah
sebaai berikut:
1. Pembentukan keluarga yang didasari
harapan keridhaan Allah tanpa yanglain. Kedua belah pihak salin melengkapi dan
menyempurnakan, memenuhipanggilan fitrah dan sunnah, menjalin persahabatan dan
kasih sayang, sertameraih ketentraman dan ketenangan jasmani. Dalam menentukan
standarjodoh
keduanya hanya bertolak pada keimanan dan ketaqwaan.
2. Tujuan pembentukan keluarga.
Keharmonisan rumah tangga akan terwujudapabila kedua pasangan saling konsisten
terhadap perjanjian yang merekatetapkan bersama. Tujuan utama mereka adalah
menuju jalan yang telahdigariskan Allah dan mengharap ridha-Nya. Dalam segala
tindakan merekayang tertuju hanyalah Allah semata.
3. Linkungan. Dalam keluarga yang harmonis
upaya yang selalu dipeliharaadalah suasana yang penuh kasih sayang dan
masing-masing anggotanyamenjalankan peran secara sempurna. Lingkungan keluarga
merupakantempat untuk berteduh dan berlindung, tempat di mana perkembangan
dansusah-senang dialuli bersama.
4. Hubungan antar kedua pasangan. Dalam
hubungan rumah tangga yang harmonis
dan seimbang suami-istri berupaya saling melengkapi danmenyempurnakan. Mereka
menyatu dan ikut merasakan apa yang dirasakananggota keluarga yang lain. Mereka
saling mengobati, salingmembahagiakan dan menyatukan langkah dan tujuan,
keduanyamenyiapkan sarana untuk mendekatkan diri pada Allah.
5. Hubungan dengan anak. Keluarga harmonis
menganggap anak sebagaibagian darinya mereka membangun hubungan atas dasar
penghormatan,penjagaan hak, pendidikan, bimbingan yang layak, pemurnian kasih
sayangserta pengawasan akhlak dan prilaku anak.
6. Duduk bersama. Keluarga harmonis selalu
siap duduk bersama danberbincang-bincang dengan para anggota keluarganya,
mereka berupayasaling memahami dan menciptakan hubungan mesra. Islam
mengajarkanagar yang tua menyayangi dan membimbing yang muda, dan yang
mudamenghormati dan mematuhi nasehat yang tua.
7. Kerja sama dan saling membantu. Dalam kehidupan rumah
tangga yangharmonis setiap anggota rumah tangga memiliki tugas tertentu,
merekabersatu untuk memikul beban
bersama. Dalam bangunan ini nampak jelaspersahabatan, saling tolong-menolong,
kejujuran, saling mendukung dalamkebaikan, saling menjaga sisi rohani dan
jasmani masing-masing.
8. Upaya untuk kepentingan bersama. Dalam
kehidupan keluarga yangharmonis mereka saling membahagiakan. Mereka saling
berupaya untukmemenuhi keinginan dan mempertahankan selera pasangannya.
Salingmenjaga dan memperhatikan cara berhias dan berpakaian. Untukkepentingan
bersama mereka selalu bermusyawarah dan berkomunikasiuntuk meminta pendapat,
pada waktu anak telah mampu memahamimasalah tersebut ia diikutkan dalam
musyawarah tadi.[19]
Adapun indikator-indikator
keluargaharmonis menurut Islam adalah:[20]
1. Kehidupan beragama dalam keluarga.
Yaitu: (a). Segi keimanan, keislamandan keihsanannya. (b). Dari segi pengetahuan
agama mereka memilikisemangat belajar, memahami, serta memperdalam ajaran
agama, dan taatmelaksanakan tuntunan akhlak mulia. (c). Saling memotivasi
danmendukung agar keluarga dapat berpendidikan.
2. Kesehatan keluarga. Meliputi kesehatan
anggota keluarga, lingkungankeluarga dan sebagainya.
3. Ekonomi keluarga. Terpenuhinya sandang,
pangan, papan yang cukup, dandapat mendapatkan dan mengelola nafkah dengan
baik.
4. Hubungan antar anggota keluarga yang
harmonis. Saling mencintai,menyayangi, terbuka, menghormati, adil, saling
membantu, saling percaya,saling bermusyawarah, dan saling memaafkan. Hubungan
dengan kerabatdan tetangga harus juga terbentuk.
Keluarga
merupakan sebuah karunia dari Allah. Maka jagalah rumahtangga dengan aroma
kasih sayang, kerja sama dengan baik, selalu dibacakanAl-Qur’an dan dilantunkan
dzikir, sholat dan puasa selalu ditegakkan, do’a dankebutuhan kepada Allah
selalu dipanjatkan, dengan menerapkan kesemuanyamaka Allah akan memenuhi rumah
tersebut dengan keberkahan.[21]
Berdasarkan
teori di atas banyak ciri keluarga harmonis, ciri tersebutada yang berasal dari
dalam individu maupun dari lingkungan. Dari dalamindividu misalnya kematangan
emosi, menanamkan sikap saling percaya antaraanggota keluarga, sedangkan dari
lingkungan misalnya: menjaga hubungandengan sesama anggota keluarga baik
keluarga inti maupun keluarga jauh,serta menjaga hubungan dengan tetangga. Selain itu pemenuhan
ekonomi jugasangat mempengaruhi keharmonisan keluarga.
Cara Membentuk Keluarga Harmonis
Keluarga
harmonis adalah dimulai dengan keluarga yang akrab.Diperlukan upaya dan cara
pandang yang lebih matang untuk menciptakannya,banyak hal yang dapat
mempengaruhi kualitas dari keharmonisan tadi. Namunyang lebih penting adalah
menjaga keintiman, dengan cara sebagai berikut:
1. Toleransi. Toleransi disini adalah
memahami bahwa orang-orang yang kitacintai mungkin mempunyai gambaran yang
berbeda dalm fikiran merekatentang cara menghadapi suatu peristiwa. Jadi dalam
keluarga tidakmeributkan hal sepela, mencoba menyamakan persepsi dan bekerja
sama.
2. Waktu bersama-sama, menggali kreatifitas
dan mengambil manfaatnya bagikeluarga, merencanakan waktu khusus, isi
momen-momen istimewa, ubahcara rutin dengan melibatkan seluruh keluarga,
nikmati bersama hobi anda,dan libatkan diri dengan melibatkan anak dalam
kegiatan yang digemari.
3. Jatuh bangun (terus berusaha). Jangan
menyerah terus mencoba pendekatanbaru untuk menjalin hubungan yang lebih
mandalam dengan anak,pasangan, dan sesuaikan dengan minat, usia, serta keadaan.
4. Terjunlah kedunia (menunjukkan kasih
sayang dalam tindakan).
5. Kurangi menggurui, perbanyak mendengar.
Berusahalah untuk salingmenghormati sudut pandang dan impian satu sama lain.
6. Sarana hidup sebagai penyimpanan
keyakinan yang harus ditanamkan. Halini dilakukan dengan membuat kotak, buku,
dan sebagainya untukmenyimpam gagasan, nilai, yang layak disimpan di kotak
tersebut, namunsebelumnya harus melalui komunikasi dengan keluarga, serta
carapenggunaanya diatur oleh keluarga.
Dalam
ajaran agama islam ada beberapa hal yang perlu diperhatikanuntuk membentuk
keluarga yang sakinah atau harmonis.Keluarga sakinah merupakan idaman bagi
semua orang.Untukmewujudkannya memerlukan strategi yang disertai dengan kesabaran
dankeuletan dari suami istri. Islam memberikan rambu-rambu dalam sejumlah
ayatAl-Qur’an sebagai legitimasi yang dapat digunakan untuk pegangan bagi
suamiistri dalam upaya membangun dan melestarikannya antara lain:
1. Selalu bersyukur saat mendapatkan nikmatKalau kita
mendapat karunia dari Allah swt berupa harta, ilmu, anak,dll, bersyukurlah
kepada-Nya atas segala nikmat yang telah diberikan tersebutsupaya apa yang ada
pada genggaman kita itu berbarakah. Sebagaimana firmanAllah
Q.S Ibrahim ayat 7
"Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnyaazab-Ku sangat pedih".
2. Senantiasa sabar saat ditimpa kesulitan.Semua orang pasti
mengharapkan bahwa jalan kehidupannya selalulancar dan bahagia, namun
kenyataannya tidaklah demikian. Sangat mungkindalam kehidupan berkeluarga
menghadapi sejumlah kesulitan dan ujian;bereupa kekurangan harta, ditimpa
penyakit, dll. Pondasi
yang harus kitabangun agar keluarga tetap bahagia walaupun sedang ditimpa
musibah.Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Lukman ayar 17:
3. Bertawakal saat memiliki rencanaAllah
sangat suka kepada orang-orang yang melakukan sesuatu secaraterencana. Nabi
Muhammad saw kalau melakukan sesuatu yang penting selalubermusyawarah dengan
para sahabatnya. Musyawarah merupakan bagian dariproses perencanaan. Alangkah
indahnya apabila suami istri selalubermusyawarah dalam merencanakan hal-hal
yang dianggap penting dalamkehidupan berumah tangga, misalnya masalah
pendidikan anak, tempat tingal,dll. Dalam menyusun sebuah rencana hendaknya
berserah diri kepada Allahswt, itulah yan disebut tawakal. Sebagaimana firman
Allah dalam Q.S Ali-Imran: 159.
“…kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, Makabertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orangyang bertawakkal kepada-Nya”.
4. Bermusyawarah.Seseorang pemimpin
harus berani mengambil keputusan keputusanyang srtategis. Alangkah mulia kalau
suami sebagai pemimpin selalu mengajakbermusyawarah kepada istri dan
anak-anaknya dalam mengambil keputusan-keputusanpentingyang
menyangkut urusan keluarga. Hindarkan diri dari sikapotoriter, insya Allah
hasil musyawarah itu akan lebih baik. Sebagaimana firmanAllah dalam Q.S
Asy-Syuura: 38:
“…sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antaramereka…”
5. Tolong menolong dalam kebaikanMenurut
Aisya ra, Rosulullah sebagai suami selalu menolon isterinya.Beliau tidak segan
untuk mengerjakan pekerjaan yang bisa dilakukan istriseperti mencuci piring/
baju, menggendong anak, dll. Nah kalau kita inginmembangun keluarga yan shaleh,
maka suami harus berusaha meringankanbeban istri, begitu juga sebaliknya.
Jadikan tolong menolong sebagai hiasanrumah tangga. Sebagaimana firman Allah
dalam Q.S Al-Maidah:2
“…Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dantakwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Amat beratsiksa-Nya”.
6. Senantiasa memenuhi janjiMemenuhi janji
merupakan bukti kemuliaan seseorang. Sedalamapapun ilmu yang dimiliki
seseorang, setinggi apapun kedudukannya, tapikalau sering menyalahi janji tentu
orang tidak akan lagi percaya. Bagaimanaseseorang akan menjadi suami yang
dihargai istri dan anak-anak jika seringmenyalahi janji kepada mereka.
Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Maidah: 1
7. Segera bertaubat bila terlanjur
melakukan kesalahanDalam mengarungi bahtera rumah tangga, tak jarang suami
istriterjerumus pada kesalahan. Itu tidak dapat dipungkiri. Apabila
suami/istrimelakukan kesalahan, hendaklah segera bertaubat dari kesalahan
itu.Sebagaimana firman Allah Q.S Ali-Imran: 135
“Dan (juga)
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atauMenganiaya diri
sendirimereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunterhadap dosa-dosa mereka dan
siapa lagi yang dapat mengampuni dosaselain dari pada Allah? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinyaitu, sedang mereka mengetahui”.
8. Saling
menasehatiUntuk membentuk keluarga yang shaleh, tentunya dibutuhkan sikaplapang
dada dari masing-masing pasangan untuk dapat menerima nasihatkepada
pasangannya. Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Ashr:1-3
1. demi masa.2.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalamkerugian,3. kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amalsaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehatmenasehati supaya menetapi kesabaran”.
9. Saling member maaf dan tidak segan untuk
meminta maaf kalau melakukankekeliruanSebagaimana telah dijelaskan dalam firman
Allah swt Q.S Ali-Imran:134
“Dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)orang.Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan”.
10. Suami istri selalu berprasangka
baikSuami-istri hendaknya selalu berprasangka baik akan lebihmenentramkan hati,
sehingga konflik dalam keluarga lebih dapatmenentramkan hati, sehingga konflik
dalam keluarga lebih dapat diminimalisir.Dalam firman Allah swt Q.S
Al-Hujurat:12
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka(kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlahmencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu samalain”.
11. Mempererat silaturrahmi dengan keluarga
istri atau suami.Dalam
firman Allah swt Q.S Al-Hujurat:13
“Hai manusia,
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilakidan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa danbersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya
orangyang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang palingtaqwa
diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi MahaMengenal”.
12. Melakukan ibadah secara berjamaahDengan
melaksanakan ibadah secara berjama’ah ikatan batin antarasuami-istri akan lebih
erat. Di samping itu, pahala yang dijanjikan Allah punbegitu besar. Sebagai
mana yang diterangkan dalam hadist H.R.Mutafaq’Alaihi yang artinya:“Shalat berjama’ah lebih utama dua puluh
tujuh derajat daripada shalatSendiri-sendiri”.
13. Mencintai keluarga istri atau suami
sebagaimana mencintai keluargasendiri.Berlaku adil atau tidak berat sebelah
adalah hal mesti dijalankan olehmasing-masing pasangan agar tercipta suasana
saling menhormati dalam rumahtangga, sebagaimana hadist H.R. Muslim yang
artinya:
“Tidak sempurna iman
seseorang diantara kamu, sehingga mencintaisaudaranya (keluarga, sahabat, dan
sebaginya) seperti mencintai dirinyasendiri”.
14. Memberi kesempatan kepada suami atau istri
untuk menambah ilmu.Kewajiban mencari ilmu melekat kepada siapa pun termasuk
kepadasuami istri, sebagaimana dijelaskan dijelaskan oleh Rasulullah saw yan
artinya:
“Mencari ilmu itu wajib
bagi setiap muslim” (H.R Muslim).
Apabila
keempat belas hal di atas dikerjakan secara konsekuen olehmasing-masing
pasangan, insyaAllah akan tercipta keluarga yang menjadipenyejuk hati.[23]Agar
mendapatkan keluarga harmonis sesuai dengan harapan, makahal-hal di atas harus
benar-benar dilaksanaka oleh pasangan suami istri danpara anggota keluarga.
Jika hal tersebut sudah dilaksanakan maka keluargaharmonispun akan senantiasa
tercipta dengan sendirinya.
Pengaruh Kecerdasan Intelektual
(IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), dan Kecerdasan Spiritual (SQ) dalam Mewujudkan
Keharmonisan Keluarga.
Meminjam
istilah Dr. Ali Shariati, seorang intelektual muslim yang mengatakan bahwa:
Manusia adalah makhluk dua dimensi yang membutuhkan penyelarasan kebutuhan akan
pentingnya jasmani dan rohani. Oleh karena itu, manusia harus memiliki konsep
duniawi atau kepekaan emosi serta intelegensi yang baik (EQ & IQ) dan
penting pula penguasaan ruhaniah vertical atau Spiritual Quotient (SQ).[24]
Kecerdasan Intelektul
Kecerdasan
dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yangmembedakan kualitas orang yang
satu dengan orang yang lain.Kecerdasan intelektual lazim disebut dengan
inteligensi.Istilah ini dipopulerkankembali pertama kali oleh Francis Galton,
seorang ilmuwan dan ahli matematika yangterkemuka dari Inggris.Inteligensi
adalah kemampuan kognitifyang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara
efektif pada lingkungan yangkompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh
faktor genetik.[25]
Istilah
inteligensi digunakan dengan pengertian yang luas dan bervariasi, tidak hanya
oleh masyarakat umum tetapi juga oleh anggota-anggota berbagai disiplin
ilmu.Anastasi mengatakan bahwa inteligensi bukanlah kemampuan tunggal dan
seragam tetapi merupakan komposit dari berbagai fungsi.Istilah ini umumnya
digunakan untuk mencakup gabungan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk
bertahan dan maju dalam budaya tertentu.Kemampuan intelektual ini dapat diukur
dengan suatu alat tes yang biasa disebut IQ (Intellegence Quotient). IQ
adalah ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada saat tertentu, dalam hubungan
dengan norma usia yang ada menyebutkan bahwa ada berbagai macam pengukuran
inteligensi dan setiap tes IQ yang digunakan akan disesuaikan dengan tujuan dan
kebutuhan dari penggunaan tes IQ tersebut.[26]
Intelektual dan Keharmonisan
Keluarga
Membangun keluarga erat kaitannya dengan
kecerdasan intelektual yang dimiliki olehseseorang.Anggota keluarga yang
memiliki IQ tinggi diharapkan dapat menghasilkan pola hubungan dan kinerja yang
lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ lebih rendah. Haltersebut
karena mereka yang memiliki IQ tinggi lebih mudah menyerap ilmu yangdiberikan
sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang berkaitandengan keluarga
dan lingkungan disekitarnya akan lebih baik.
Kecerdasan Emosi
Orang
yang pertama kali mengungkapkan adanya kecerdasan lain selain akademik yang
dapat mempengaruhi keberhasilan sesorang adalah Gardner. Kecerdasan lain itu
disebut dengan emotional intelligence atau kecerdasan emosi.[27]
Kecerdasan
emosi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam
mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara
positif. Menurut Salovey dan Mayer, 1999 (handbook Emotional Intelligence
training, prime consulting)
kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasakan emosi, menerima dan
membangun emosi dengan baik, memahami emosi dan pengetahuan emosional sehingga
dapat meningkatkan perkembangan emosi dan intelektual.
Salovey
juga memberikan definisi dasar tentang kecerdasan emosi dalam limawilayah utama
yaitu, kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang kain, dan kemampuan membinahubungan dengan orang
lain. Seorang ahli kecerdasan emosi, Goleman mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan kecerdasan emosi di dalamnya termasukkemampuan mengontrol diri, memacu,
tetap tekun, serta dapat memotivasi dirisendiri.Kecakapan tersebut mencakup
pengelolaan bentuk emosi baik yang positifmaupun negatif.[28]
Purba
berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuandi bidang emosi yaitu
kesanggupan menghadapi frustasi, kemampuan mengendalikanemosi, semamgat
optimisme, dan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lainatau empati.[29]
Emosionaldan Keharmonisan Keluarga
Kehidupan Keluarga mempunyai berbagai
masalah dan tantangan yang harus dihadapioleh setiap anggota keluarganya
terutama bagi suami dan istri, misalnya perbedaan pandangan hidup, tuntutan rumah
tangga, suasana rumah yangtidak nyaman dan masalah hubungan dengan anggota
keluarga yang satu dengan yang lainnya.Masalah-masalah tersebutdalam keluarga
bukanlah suatu hal yang hanya membutuhkan kemampuanintelektualnya, tetapi dalam
menyelesaikan masalah tersebut kemampuan emosi ataukecerdasan emosi lebih
banyak diperlukan. Bila sesorang dapat menyelesaikanmasalah-masalah di dalam
rumah tangga yang berkaitan dengan emosinya maka dia akanmenghasilkan kerja
yang lebih baik
Kecerdasan Spiritual
Pada
masa kini orang mulai mengenal istilah kecerdasan lain disamping
keduakecerdasan diatas, yaitu kecerdasan spiritual. Zohar dan
Marshalmendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai rasa moral, kemampuan
menyesuaikanaturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta
kemampuan setarauntuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasannya,
jugamemungkinkan kita bergulat dengan ihwal baik dan jahat, membayangkan
yangbelum terjadi serta mengangkat kita dari kerendahan. Kecerdasan
tersebutmenempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas
dan kaya,kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup sesorang
lebih bernilai danbermakna.[30]
Berman
mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) dapatmemfasilitasi dialog antara
pikiran dan emosi, antara jiwa dan tubuh. Dia jugamengatakan bahwa kecerdasan
spiritual juga dapat membantu sesorang untuk dapatmelakukan transedensi diri.
Pengertian lain mengenai kecerdasan spiritual adalahkemampuan untuk memberi
makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatanmelalui langkah-langkah dan pemikiran
yang bersifat fitrah, menuju manusia yangseutuhnya dan memiliki pola pemikiran
integralistik serta berprinsip hanya karenaAllah.[31]
Kecerdasan
spiritual muncul karena adanya perdebatan tentang IQ dan EQ,oleh karena itu
istilah tersebut muncul sebab IQ dan EQ dipandang hanyamenyumbangkan sebagian
dari penentu kesuksesan sesorang dalam hidup. Ada factor lain yang ikut
berperan yaitu kecerdasan spiritual yang lebih menekankan pada maknahidup dan
bukan hanya terbatas pada penekanan agama saja.Peran SQ adalah sebagai landasan
yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQsecara efektif.[32]Nggermanto
mengatakan bahwasesorang yang memiliki SQ tinggi adalah orang yang memiliki
prinsip dan visi yangkuat, mampu memaknai setiap sisi kehidupan serta mampu mengelola
dan bertahandalam kesulitan dan kesakitan.[33]
Ada
beberapa hal yang dapat menghambat berkembangnya kecerdasanspiritual dalam diri
sesorang, yaitu:[34]
1. Adanya ketidakseimbangan yang dinamis
antara id, ego dan superego,ketidakseimbangan antara ego sadar yang rasional
dan tuntutan dari alam taksadar secara umum
2. Adanya orang tua yang tidak cukup
menyayangi
3. Mengharapkan terlalu banyak
4. Adanya ajaran yang mengajarkan menekan
insting
5. Adanya aturan moral yang menekan insting
alamiah
6. Adanya luka jiwa, yaitu jiwa yang
menggambarkan pengalaman menyangkutperasaan terasing dan tidak berharga.
Spiritual dan Keharmonisan Keluarga
Pada
pertengahan tahun 1990, untuk menjadi pintar tidaklah sesederhanadinyatakan
hanya dengan memiliki IQ yang tinggi. Penelitian Mudalimembuktikan tentang
pentingnya kecerdasan spiritual.[35]Sesorang
haruslah memilikiSQ yang tinggi agar dia dapat bebar-benar menjadi pintar.
Kecerdasan tersebut jugadibutuhkan dalam mewujudkan keharmonisan keluarga,
apabila ketiga kecerdasan tersebut dapat berfungsisecara efektif maka dia akan
menampilkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah warohmah.
Nilai-nlai
dari kecerdasan spiritual berdasarkan komponen-komponen dalam SQ yang banyak
dibutuhkan dalam membangun rumah tangga harmonis, diantaranya adalah:
a.
Mutlak
Jujur
Kata
kunci pertama untuk sukses membangun keluarga harmonis selain berkata benar
dankonsisten akan kebenaran adalah mutlak bersikap jujur. Ini merupakan hukum spiritual
dalam hidup berumah tangga.
b.
Keterbukaan
Keterbukaan
merupakan sebuah hukum alam di dalam keluarga, makalogikanya apabila sesorang
bersikap fair atau terbuka maka ia telahberpartisipasi di jalan menuju dunia
yang baik.
c.
Pengetahuan
diri
Pengetahuan
diri menjadi elemen utama dan sangat dibutuhkan dalammewujudkan harmoni
keluarga karena lingkungan belajar yang baik sangat dibituhkan dalam
menciptakan keluarga yang baik.
d.
Fokus
pada kontribusi
Dalam
rumah tangga terdapat hukum yang lebih mengutamakan memberidaripada
menerima.Hal ini penting berhadapan dengan kecenderunganmanusia untuk menuntut
hak ketimbang memenuhi kewajiban.Untuk itulahorang harus pandai membangun
kesadaran diri untuk lebih terfokus padakontribusi.
e.
Spiritual
non dogmatis
Komponen
ini merupakan nilai dari kecerdasan spiritual dimana didalamnyaterdapat
kemampuan untuk bersikap fleksibel, memiliki tingkat kesadaran yangtinggi,
serta kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,kualitas hidup
yang diilhami oleh visi dan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Purba 1999, Emotional Intelligence, Seri Ayah Bunda, 26 Juli-8 Agustus,
Dian Raya, Jakarta
Agus
Nggermanto, 2002, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum) : Cara Tepat
Melejitkan IQ, EQ, dan SQ Secara Harmonis, Nuansa, Bandung
Ary Ginanjar
Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ),
Arga.Jakarta
Anastasi, A, dan Urbina, S, 1997, Tes Psikologi (Psychological
Testing), PT. Prehanllindo, Jakarta
Basri,
Hasan. 1996. Merawat Cinta Kasih. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Basri,
Hasan.2002. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama.Yogyakarta:
PustakaPelajar.
Drajat,
Zakiah. 1975. Ketenangan dan Kebahagiaan Keluarga. Jakarta:
BulanBintang.
Dlori,
Muhammad M. 2005.Dicintai Suami (Istri) Sampai Mati. Jogjakarta:Katahati.
Doe,
Mimie. 2002. SQ Untuk Ibu: Cara-Cara Praktis dan Inspiratif UntukMewujudkan
Ketentraman Ruhani. Bandung: Penerbit Kaifa.
Goleman, D, 2000, Kecerdasan Emosi : Mengapa Emotional
Intelligence Lebih Tinggi Daripada IQ, Alih Bahasa : T. Hermay, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gunarsa,
Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1986.Psikologi UntukKeluarga.
Jakarta: Gunung Mulia,
Gunarsa,
Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1991.Psikologi Praktis AnakRemaja
dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
Hurlock,
Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu
PendekatanSepanjang Rentang Kehidupan, edisi kelima. Jakarta:Erlangga.
Joseph, G, 1978, Interpreting Psychological Test Data,
Vol.1, New York VNR
Maria
Sumediyani, 2002, Kecerdasan Spiritual dan Problema Bangsa Ini,
www.google.com, 08 Juni 2011
Mazhari,
Husain. 2004. Membangun Surga dalam Rumah Tangga. Bogor:Cahaya.
Mufidah.
2008. Psikologi Keluarga Islam.Malang: UIN- Malang Press.
Musthofa,
Aziz. 2001. Untaian Mutiara buat Keluarga. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Prof
Nick Stinnet dan John DeFrain dalam Hawari, Dadang. 2004. Al-Qur’an: Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.
Qaimi
Ali. 2002. Menggapai Langit Masa Depan Anak. Bogor: Cahaya.
Sarlito
Wirawan Sarwono. 1982. Menuju Keluarga Bahagia. Jakarta: BatharaKarya
Aksara.
Tim
Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
[1] Tim
Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
[5]Gunarsa,
Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1991.Psikologi Praktis AnakRemaja
dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. Hlm. 51
[7]
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu PendekatanSepanjang
Rentang Kehidupan, edisi kelima. Jakarta:Erlangga. Hlm. 299
[9]Gunarsa,
Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1986.Psikologi UntukKeluarga.
Jakarta: Gunung Mulia, hlm. 42-44
[11]Ibid, hlm. 79-82
[13]
Basri, Hasan.2002. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Hlm, 27.
[15] Ibid, hlm
16-23
[18]Prof
Nick Stinnet dan John DeFrain dalam Hawari, Dadang. 2004. Al-Qur’an: Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. Hlm. 805-808
[22]Doe,
Mimie. 2002. SQ Untuk Ibu: Cara-Cara Praktis dan Inspiratif UntukMewujudkan
Ketentraman Ruhani. Bandung: Penerbit Kaifa, hlm. 65-66
[24]Dalam
Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
danSpiritual (ESQ), Arga.Jakarta, hlm. xvi
[25]
Joseph, G, 1978, Interpreting Psychological Test Data, Vol.1, New York
VNR
[26]Anastasi, A, dan Urbina, S, 1997, Tes Psikologi (Psychological
Testing), PT.Prehanllindo, Jakarta
[27]Goleman, D, 2000, Kecerdasan Emosi : Mengapa Emotional
Intelligence LebihTinggi Daripada IQ, Alih Bahasa : T. Hermay, PT. Gramedia
PustakaUtama, Jakarta.
[28]
Ibid.
[29]Ahmad
Purba 1999, Emotional Intelligence, Seri Ayah Bunda, 26 Juli-8
Agustus,Dian Raya, Jakarta
[30]Zohar, D, Marshal, I, 2000, SQ (Spiritual Intelligence) : The
Ultimate Intelligence,Blomsburry Publishing, LondonDalam Ary Ginanjar
Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
(ESQ), Arga. Jakarta
[31]Ary
Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual (ESQ), Arga.Jakarta
[33]Agus
Nggermanto, 2002, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum) : Cara
TepatMelejitkan IQ, EQ, dan SQ Secara Harmonis, Nuansa, Bandung
[34]Maria
Sumediyani, 2002, Kecerdasan Spiritual dan Problema Bangsa Ini,www.google.com,
08 Juni 2011