Kamis, 17 Mei 2012

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHARMONISAN KELUARGA


KELUARGA HARMONIS
By. Muhammad Ilham Ihwan
Latar Belakang
Hidup berkeluarga adalah fitrah setiap manusia.Islam dengan kesempurnaan ajarannya mengatur tentang konsep keluarga yang di bangun di atas dasar perkawinan.Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita (yang secara fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil pertemuan ini juga akan berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan dari perkawinan tersebut. Dan dari perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang diatasnya didirikan peraturan hidup khusus dan sebagai konsekuensi dari sebuah perkawinan.
Dalam mengarungi samudera kehidupan rumah tangga tidaklah semudah apa yang kita bayangkan, tidak jarang sebuah rumah tangga terhempas gelombang badai yang akhirnya berdampak bagi keharmonisan keluarga.Tidak sedikik keluarga yang akhirnya tercerai berai tak tentu arah akibat hempasan gelombang badai, namun tidak sedikit juga keluarga yang tetap kokoh melayari samudera kehidupan rumah tangga karena mampu menjaga keharmonisan keluarga.
Keharmonisan keluarga merupakan syarat penting dalam mengarungi kehidupan rumah tangga agar mereka mampu menghadapi berbagai goncangan dan hempasan badai dalam rumah tangga. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep keharmonisan keluarga sangat diperlukan karena kebanyakan keluarga yang gagal adalah keluarga yang tidak mmahami akan pentingnya keharmonisan keluarga.
Keharmonisan keluarga merupakan dambaan setiap orang yang ingin membentuk keluarga atau yang telah memiliki keluarga, namun masih banyak yang kesulitan dalam membangun keharmonisan keluarga.Dalam membangun keharmonisan keluarga sangat dipengaruhi oleh tiga kecerdasan dasar manusia yaitu Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Intelektual.
Rumusan Masalah
            Dari latar belakang di atas maka dirumuskanlah beberapa masalah yang penting tuk dikaji dan dipahami, antara lain:
1.      Apakah pengertian keluarga harmonis itu?
2.      Apa factor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga?
3.      Apa ciri-ciri keluarga harmonis?
4.      Bagaimana cara membentuk keluarga harmonis?
5.      Sejauhmana IQ, EQ, dan SQ mempengaruhi terbentuknya keharmonisan keluarga?
Rumusan Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka dirumuskanlah tujuan di tulisnya makalah ini, antara lain:
1.      Memahami makna keluarga harmonis.
2.      Mengetahui factor-factor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga.
3.      Mengtahui ciri-ciri keluarga harmonis.
4.      Tahu bagaimana cara membentuk keluarga harmonis.
5.      Mengetahui pengaruh IQ, EQ dan SQ dalam membentuk keharmonisan keluarga.

Pengertian Keharmonisan Keluarga
Keharmonisan keluarga merupakan dambaan setiap pasangan suami-istrikarena dalam keharmonisanitu terbentuk hubungan yang hangat antaranggota keluarga dan juga merupakan tempat yang menyenangkan sertapositif untuk hidup. Adapun pengertian tentang keharmonisan keluarga, dibawah ini akan dipaparkan menurut beberapa tokoh.
Secara terminologi keharmonisan berasal dari kata harmonis yangberarti serasi, selaras.Titik berat dari keharmonisan adalah keadaan selarasatau serasi.Keharmonisan bertujuan untuk mencapai keselarasan dankeserasian dalam kehidupan.Keluarga perlu menjaga kedua hal tersebut untukmencapai keharmonisan.[1]
Basri mengatakan, “keluarga yang harmonis dan berkualitasyaitu keluarga yang rukun bahagia, tertib, disiplin, saling menghargai, penuhpemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja yang baik,bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbaktipada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan, dan memanfaatkan waktuluang dengan hal yang positif dan mampu memenuhi dasar keluarga.[2]
Pendapat senada juga dikemukakan oleh Qaimi,“bahwa keluarga harmonis merupakan keluarga yang penuh denganketenangan, ketentraman, kasih sayang, keturunan dan kelangsungan generasimasyarakat, belas-kasih dan pengorbanan, saling melengkapi, danmenyempurnakan, serta saling membantu dan bekerja sama.[3]Selain itu, Drajatjuga berpendapat bahwa keluarga yang harmonis atau keluarga bahagiaadalah apabila kedua pasangan tersebut saling menghormati, saling menerima,saling menghargai, saling mempercayai, dan saling mencintai.[4]
Sedangkan Gunarsah berpendapat bahwa keluarga bahagiaadalah apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai olehberkurangnya rasa ketegangan, kekecewaan, dan puas terhadap seluruhkeadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yang meliputiaspek fisik, mental, emosi, dan sosial.[5]
Menurut Sarlito bahwa keluarga harmonis hanya akan tercipta kalaukebahagiaan salah satu anggota berkaitan dengan kebahagiaan anggota-anggotakeluarga lainnya. Secara psikologi dapat berarti dua hal[6]:
1.      Terciptanya keinginan-keinginan, cita-cita dan harapan-harapan dari semuaanggota keluarga.
2.      Sesedikit mungkin terjadi konflik dalam pribadi masing-masingmaupun antar pribadi.
Suami istri yang bahagia menurut Hurlock adalah suami istriyang memperoleh kebahagiaan bersama dan membuahkan keputusan yangdiperoleh dari peran yang mereka mainkan bersama, mempunyai cinta yangmatang dan mantap satu sama lain, dan dapat melakukan penyesuaian seksualdengan baik, serta dapat menerima peran sebagai orang tua.[7]
Dlori berpendapat keharmonisan keluarga adalah bentukhubungan yang dipenuhi oleh cinta dari kasih, karena kedua hal tersebutadalah tali pengikat keharmonisan.[8] Kehidupan keluarga yang penuh cintakasih tersebut dalam islam disebut mawaddah-warahma. Yaitu keluarga yangtetap menjaga perasaan cinta; cinta terhadap suami/istri, cinta terhadap anak,juga cinta pekerjaan. Perpaduan cinta suami-istri ini akan menjadi landasanutama dalam berkeluarga. Islam menganjarkan agar suami memerankan tokohutama dan istri memerankan peran lawan yaitu menyeimbangkan karaktersuami. Allah berfirman dalam Q.S Ar-Rum: 21
 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakanuntukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung danmerasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dansayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tandabagi kaum yang berfikir”.
Dari beberapa definisi tentang keharmonisan keluarga yangdikemukakan para tokoh di atas, maka dapat disimpulkankeharmonisan keluarga adalah keadaan keluarga di mana para anggotanyamerasa bahagia, saling mencintai dan saling menghormati serta dapatmengaktualisasikan diri sehingga perkembangan anggota keluargaberkembang secara normal.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keharmonisan Keluarga
Ada banyak ahli yang mengemukakan tentang faktor-faktor yangmempengaruhi keharmonisan keluarga. Di bawah ini akan dikemukakanbeberapa faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga menurut paraahli.
Keluarga harmonis atau sejahtera merupakan tujuan penting.Olehkarena itu untuk menciptakan perlu diperhatikan faktor-faktor berikut:
1.      Perhatian. Yaitu menaruh hati pada seluruh anggota keluarga sebagai dasarutama hubungan yang baik antar anggota keluarga. Baik padaperkembangan keluarga dengan memperhatikan peristiwa dalam keluarga,dan mencari sebab akibat permasalahan, juga terdapat perubahan pada setiapanggotanya.
2.      Pengetahuan. Perlunya menambah pengetahuan tanpa henti-hentinya untukmemperluas wawasan sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupankeluarga. Sangat perlu untuk mengetahui anggota keluaranya, yaitu setiapperubahan dalam keluarga, dan perubahan dalam anggota keluarganya, agarkejadian yang kurang diinginkan kelak dapat diantisipasi.
3.      Pengenalan terhadap semua anggota keluarga. Hal ini berarti pengenalanterhadap diri sendiri dan pengenalan diri sendiri yang baik penting untukmemupuk pengertian-pengertian.
4.      Bila pengenalan diri sendiri telah tercapai maka akan lebih mudahmenyoroti semua kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam keluarga.Masalah akan lebih mudah diatasi, karena banyaknya latar belakang lebihcepat terungkap dan teratasi, pengertian yang berkembang akibatpengetahuan tadi akan mengurangi kemelut dalam keluarga.
5.      Sikap menerima. Langkah lanjutan dari sikap pengertian adalah sikapmenerima, yang berarti dengan segala kelemahan, kekurangan, dankelebihannya, ia seharusnya tetap mendapatkan tempat dalam keluarga.Sikap ini akan menghasilkan suasana positif dan berkembangnyakehangatan yang melandasi tumbuh suburnya potensi dan minat darianggota keluarga.
6.      Peningkatan usaha. Setelah menerima keluarga apa adanya maka perlumeningkatkan usaha. Yaitu dengan mengembangkan setiap dari aspekkeluarganya secara optimal, hal ini disesuaikan dengan setiap kemampuamnmasing-masing, tujuannya yaitu agar tercipta perubahan-perubahan danmenghilangkan keadaan bosan.
7.      Penyesuaian harus perlu mengikuti setiap perubahan baik dari fisik orangtua maupun anak.[9]
Keluarga harmonis atau keluarga bahagia adalah apabila dalamkehidupannya telah memperlihatkan faktor-faktor berikut:
1.      Faktor kesejahteraan jiwa. Yaitu rendahnya frekwensi pertengkaran danpercekcokan di rumah, saling mengasihi, saling membutuhkan, salingtolong-menolong antar sesama keluarga, kepuasan dalam pekerjaan danpelajaran masing-masing dan sebagainya yang merupakan indikator-indikatordari adanya jiwa yang bahagia, sejahtera dan sehat.
2.      Faktor kesejahteraan fisik. Serinnya anggota keluarga yang sakit, banyakpengeluaran untuk kedokter, untuk obat-obatan, dan rumah sakit tentu akanmengurangi dan menghambat tercapainya kesejahteraan keluarga.
3.      Faktor perimbangan antara pengeluaran dan pendapatan keluarga.Kemampuan keluarga dalam merencanakan hidupnya dapatmenyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran dalam keluarga[10].
Kunci utama keharmonisan sebenarnya terletak pada kesepahamanhidup suami dan istri. Karena kecilnya kesepahaman dan usaha untuk salingmemahami ini akan membuat keluarga menjadi rapuh. Makin banyakperbedaan antara kedua belah pihak maka makin besar tuntutan pengorbanandari kedua belah pihak.Jika salah satunya tidak mau berkorban maka pihaksatunya harus mau berkorban.Jika pengorbanan tersebut telah melampaui batasatau kerelaannya maka keluarga tersebut terancam.Maka fahamilah keadaanpasangan, baik kelebihan maupun kekurangannya yang kecil hinga yangtebesar untuk mengerti sebagai landasan dalam menjalani kehidupanberkeluarga. Rencana kehidupan yang dilakukan kedua belah pihak merupakanfaktor yang sangat berpengaruh karena dengan perencanaan ini keluarga bisamengantisiapsi hal yang akan datang dan terjadi saling membantu untuk misikeluarga[11].
Membina rumah tangga akan berhasil tergantung dari penyesuaianantara kedua belah fihak dan bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan, makakedua belah pihak harus memperhatikan:
1.      Menghadapi kenyataan. Suami istri perlu menghadapi kenyataan hidup darisemua yang terungkap dan tersingkap sebagai suatu tim, danmenanggulanginya dengan bijaksana untuk menyelesaikan masalah.
2.      Penyesuaian timbal balik perlu usaha terus menerus dengan salingmemperhatikan, saling mengungkapkan cinta kasih dengan tulus,menunjukkan pengertian, penghargaan, dan saling memberi dukungansemangat. Kesemuanya berperan penting dalam memupuk hubungan yangbaik, termasuk dalam hubungan yang paling intim dalam hubungan suamiistri adalah seks.
3.      Latar belakang suasana yang baik. Untuk menciptakan suasana yang baik,dilatar belakangi oleh pikiran-pikiran, perbuatan dan tindakan yang penuhkasih sayang. Maka macam-macam perasaan jengkel, kecewa, tidak adilyang bisa menimbulkan prasangka curiga yang mewarnai suasana hubungansuami istri dan mempengaruhi hubungan intem mereka harus dijauhi.[12]
Pembentukan keluarga harmonis hendaknya diniatkan untukmenyelenggarakan kehidupan keluarga yang penuh dengan semangatmawaddah-warahmah dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah danmendambakan keridhaanNya, limpahan hidayah dan taufiq-Nya. Kehidupankeluarga yang didasari oleh niat dan semangat beribadah kepada Allah, insyaAllah keluarga yang demikian akan selalu mendapatkan perlindungan dalammendapatkan tujuan-tujuannya yang penuh dengan keluhuran.[13]
Kasih sayang yang tertanam dalam hati dan menjadi kelembutan dalamsikap, tindakan dan ucapan akan memberikan hamba tersebut ketenangankalbu. Karenanya pasangan yang tingkah lakunya lembut akan mendapatkan banyak kebahagiaan dalam kehidupannya.Cinta yang berakar pada tempramen yang lembut pada siapapun yangdicintai. Begitu pula dalam keluarga, jika suami mempunyai sikap lembut padaistrinya, terhadap keluarga, terhadap masyarakat, maka suasana akan dirasanyaman, keluarga menjadi harmonis, punya banyak teman, disukai dandihormati oleh masyarakat.[14] Firman Allah dalam Q.S Ali-Imran ayat 159:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembutterhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulahmereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.karena itu ma'afkanlah mereka,mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan merekadalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Makabertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orangyang bertawakkal kepada-Nya”.
Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas yang menyebutkantentang faktor-faktor keharmonisan keluarga, maka kita dapatmenyimpulakan bahwa faktor keharmonisan keluarga adalah adanya salingmenghargai diantara anggota keluarga, saling menyayangi, terjaganyakesehatan rohani dan jasmani serta perekonomian yang matang.
Ciri-Ciri Keluarga Harmonis
Suatu keluarga dapat dikatakan harmonis jika cirri-ciri yang melatarbelakangi keharmonisan keluarga sudah terpenuhi atau tercapai. Di bawah iniakan dijelaskan ciri-ciri keluarga harmonis menurut beberapa tokoh.Kunci dalampembentukan keluarga adalah:[15]
1.      Rasa cinta kasih sayang. Tanpa keduanya rumah tangga takkan berjalanharmonis. Karena keduanya adalah power untuk menjalankan kehidupanrumah tangga.
2.      Adaptasi dalam segala jenis interaksi masing-masing, baik perbedaan ide,tujuan, kesukaan, kemauan, dan semua hal yang melatar belakangimasalah. Hal itu harus didasarkan pada satu tujuan yaitu keharmonisanrumah tangga.
3.      Pemenuhan nafkah lahir batin dalam keluarga. Dengan nafkah makaharapan keluarga dan anak dapat terealisasi sehingga terciptakesinambungan dalam rumah tangga.
Menurut Basri untuk meraih keharmonisan keluargaperlu memiliki sifat-sifat ideal dan menerapkannya dalam rumah tangga, sifattersebut adalah:[16]
1.      Persyaratan fisik biologis yang sehat-bugar. Hal ini penting karena: untukmenjalankan tugasnya keduanya memerlukan tubuh atau anggota badanyang sehat.
2.      Psikis rohaniah yang utuh. Kondisi psikis rohaniah yang utuh sangatdiperlukan dalam menunjang kemampuan seseorang dalam menghadapi danmenyelesaikan masalah dalam rumah tangga dengan mental yang sehat akanmampu mengendalikan emosi yang kadang tergoncang karena berbagaimacam alasan dan situasi. Taraf kepribadian dan rohani yang utuh danteguh sangat diperlukan, karena dalam perjalanan hidup banyak godaan dancobaan silih berganti, baik dalam moral kesusilaan, keadilan, kejujuran,tanggung jawab sosial dan keagamaan.
3.      Kondisi sosial dan ekonomi yang cukup memadai untuk memenuhi hiduprumah tangga. Hal ini dapat berupa semangat dan etos kerja yang baikdalam memenuhi nafkah, kreatifitas dan semangat untuk mengusahakannya,sehingga keluarga akan terpenuhi kebutuhannya.
Zakia Daradjat  menjelaskan beberapa persyaratan dalammencapai keluarga yang harmonis, adapun syarat tersebut adalah:[17]
1.      Saling mengerti antara suami istri, yaitu; (a) mengerti latar belakangpribadinya; yaitu mengetahui secara mendalam sebab akibat kepribadian(baik sifat dan tingkah lakunya) pasangan, (b) mengerti diri sendiri;memahami diri sendiri, masa lalu kita, kelebihan dan kekurangan kita, dantidak menilai orang berdasarkan diri kita sendiri.
2.      Saling menerima. Trimalah apa adanya pribadinya, tugas, jabatan dansebagainya jika perlu diubah janganlah paksakan, namun doronglah dia agarterdorong merubahnya sendiri. Karena itu; (a) terimalah dia apa adanyakarena menerima apa adanya dapat menghilangkan ketegangan dalmkeluarga. (b) Terimalah hobi dan kesenangannya asalkan tidak bertentangandengan norma dan tidak merusak keluarga. (c) terimalah keluarganya.
3.      Saling menghargai. Penghargaan sesungguhnya adalah sikap jiwa terhadapyang lain. Ia akan memantul dengan sendirinya pada semua aspekkehidupan, baik gerak wajah maupun prilaku. Perlu diketahui bahwa setiapoaring perlu dihargai. Maka menghargai keluarga adalah hal yang sangatpenting dan harus ditunjukkan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan.Adapun cara menghargai dalam keluarga adalah: (a) Menghargaiperkataan dan perasaannya. Yaitu: menghargai seseorang yang berbicaradengan sikap yang pantas hingga ia selesai, menghadapi setiap komunikasidengan penuh perhatian positif dan kewajaran, mendengarkan keluhanmereka. (b) Menghargai bakat dan keinginan sepanjang tidak bertentangandengan norma. (c) Menghargai keluarganya.
4.      Saling mempercayai. Rasa percaya antara suami istri harus dibina dandilestarikan hingga hal terkecil terutama yang berhubungan dengan akhlaq,maupun segala kehidupan. Diperlukan diskusi tetap dan terbuka agar tidakada lagi masalah yang disembunyikan. Untuk menjamin rasa saling percayahendaknya memperhatikan: (a). Percaya pada dirinya. Hal ini ditunjukkansecara wajar dalam sikap ucapan, dan tindakan. (b). Percaya akankemampuannya, baik dalam mengtur perekonomian keluarga,mengendalikan rumah tangga, mendidik anak, maupun dalam hubungannyadengan orang lain dan masyarakat.
5.      Saling mencintai. Syarat ini merupakan tonggak utama dalam menjalankankehidupan keluarga. Cinta bukanlah keajaiban yang kebetulan datang danhilang namun ia adalah “usaha untuk…”. Adapun syarat untukmempertalikan dengan cinta adalah; (a). Lemah lembut dalm bicara. (b).Menunjukkan perhatian pada pasangan, terhadap pribadinya maupunkeluarganya. (c). Bijaksana dalam pergaulan. (d). Menjauhi sikap egois (e).Tidak mudah tersinggung. (f) Menentramkan batin sendiri. Karena takkanbisa menentramkan batin seseorang apabila batinnya sendiri tidak tentram,orang disekitarnya pun tidak akan nyaman. Saling terbuka danmembicarakan hal dengan pasangan adalah kebutuhan yang dapatmenentramkan masalah. Peran agama dan spiritual pun sangat menentukan.Dengannya kemuliyaan hati tercermin dalam tingkah laku yang lebih baikdan menarik. Oleh sebab itu oarng yang tentram batinnya akanmenyenangkan dan menarik bagi orang lain. (g). Tunjukkan rasa cinta. Halini dapat melalui tindakan, ucapan, terhadap pasangan.
Pegangan atau kriteria keluarga bahagia atau harmonis, kriteritersbut adalah;[18]
1.      Menciptakan kehidupan agama atau spiritualitas dalam keluarga. Karenadalam agama terdapat nilai-nilai moral atau etika kehidupan. Landasanutama agama dalam kehidupan terutama rumah tangga adalah kasih sayang.Penelitian mengatakan keluarga yang tidak religious, komitmen agamanyarendah, atau yang tidak mempunyai komitmen sama sekali berisiko empatkali tidak bahagia, dan berakhir dengan broken home, perceraian, tak adakesetiaan, dan kecanduan NAZA.
2.      Terdapat waktu bersama keluarga. Sesibuk apapun keluarga tersebuthendaknya para anggota keluarga harus menyediakan waktu untuk keluargaatau suasana kebersamaan dengan unsur-unsur keluarga sebagai usahapemeliharaan hubungan.
3.      Dalam interaksi segitiga, keluarga menciptakan hubungan yang baik antaraanggotanya. Komunikasi yang baik dan dua arah, suasana demokratis dalamkeluarga harus dijaga agar tidak terjadi kesenjangan diantara anggotakeluarga.
4.      Saling harga-menghargai dalam interaksi ayah, ibu, dan anak. Hal inidilakukan melalui ucapan, tindakan, dan sikap yang tertanam dalamanggota keluarga.
5.      Keluarga sebagai unit terkecil harus erat dan kuat, jangan longgar, danjangan rapuh. Mereka bukan hanya dekat di mata namun juga harus dekat dihati. Hubungan silaturrahmi berdasarkan kasih sayang haruslah dibinadalam keluarga.
6.      Jika mengalami krisis dan benturan-benturan, maka prioritas utamanyaadalah keutuhan keluarga.
Jika aspek di atas telah terpenuhi dan berfungsi dengan baik berdasarkanpada tuntunan nilai-nilai spiritual agama maka keharmonisan keluarga akanmudah diraih.Dalam agama islam juga disebutkan ciri-ciri keharmonisan keluargaadalah sebaai berikut:
1.      Pembentukan keluarga yang didasari harapan keridhaan Allah tanpa yanglain. Kedua belah pihak salin melengkapi dan menyempurnakan, memenuhipanggilan fitrah dan sunnah, menjalin persahabatan dan kasih sayang, sertameraih ketentraman dan ketenangan jasmani. Dalam menentukan standarjodoh keduanya hanya bertolak pada keimanan dan ketaqwaan.
2.      Tujuan pembentukan keluarga. Keharmonisan rumah tangga akan terwujudapabila kedua pasangan saling konsisten terhadap perjanjian yang merekatetapkan bersama. Tujuan utama mereka adalah menuju jalan yang telahdigariskan Allah dan mengharap ridha-Nya. Dalam segala tindakan merekayang tertuju hanyalah Allah semata.
3.      Linkungan. Dalam keluarga yang harmonis upaya yang selalu dipeliharaadalah suasana yang penuh kasih sayang dan masing-masing anggotanyamenjalankan peran secara sempurna. Lingkungan keluarga merupakantempat untuk berteduh dan berlindung, tempat di mana perkembangan dansusah-senang dialuli bersama.
4.      Hubungan antar kedua pasangan. Dalam hubungan rumah tangga yang harmonis dan seimbang suami-istri berupaya saling melengkapi danmenyempurnakan. Mereka menyatu dan ikut merasakan apa yang dirasakananggota keluarga yang lain. Mereka saling mengobati, salingmembahagiakan dan menyatukan langkah dan tujuan, keduanyamenyiapkan sarana untuk mendekatkan diri pada Allah.
5.      Hubungan dengan anak. Keluarga harmonis menganggap anak sebagaibagian darinya mereka membangun hubungan atas dasar penghormatan,penjagaan hak, pendidikan, bimbingan yang layak, pemurnian kasih sayangserta pengawasan akhlak dan prilaku anak.
6.      Duduk bersama. Keluarga harmonis selalu siap duduk bersama danberbincang-bincang dengan para anggota keluarganya, mereka berupayasaling memahami dan menciptakan hubungan mesra. Islam mengajarkanagar yang tua menyayangi dan membimbing yang muda, dan yang mudamenghormati dan mematuhi nasehat yang tua.
7.      Kerja sama dan saling membantu. Dalam kehidupan rumah tangga yangharmonis setiap anggota rumah tangga memiliki tugas tertentu, merekabersatu untuk memikul beban bersama. Dalam bangunan ini nampak jelaspersahabatan, saling tolong-menolong, kejujuran, saling mendukung dalamkebaikan, saling menjaga sisi rohani dan jasmani masing-masing.
8.      Upaya untuk kepentingan bersama. Dalam kehidupan keluarga yangharmonis mereka saling membahagiakan. Mereka saling berupaya untukmemenuhi keinginan dan mempertahankan selera pasangannya. Salingmenjaga dan memperhatikan cara berhias dan berpakaian. Untukkepentingan bersama mereka selalu bermusyawarah dan berkomunikasiuntuk meminta pendapat, pada waktu anak telah mampu memahamimasalah tersebut ia diikutkan dalam musyawarah tadi.[19]
Adapun indikator-indikator keluargaharmonis menurut Islam adalah:[20]
1.      Kehidupan beragama dalam keluarga. Yaitu: (a). Segi keimanan, keislamandan keihsanannya. (b). Dari segi pengetahuan agama mereka memilikisemangat belajar, memahami, serta memperdalam ajaran agama, dan taatmelaksanakan tuntunan akhlak mulia. (c). Saling memotivasi danmendukung agar keluarga dapat berpendidikan.
2.      Kesehatan keluarga. Meliputi kesehatan anggota keluarga, lingkungankeluarga dan sebagainya.
3.      Ekonomi keluarga. Terpenuhinya sandang, pangan, papan yang cukup, dandapat mendapatkan dan mengelola nafkah dengan baik.
4.      Hubungan antar anggota keluarga yang harmonis. Saling mencintai,menyayangi, terbuka, menghormati, adil, saling membantu, saling percaya,saling bermusyawarah, dan saling memaafkan. Hubungan dengan kerabatdan tetangga harus juga terbentuk.
Keluarga merupakan sebuah karunia dari Allah. Maka jagalah rumahtangga dengan aroma kasih sayang, kerja sama dengan baik, selalu dibacakanAl-Qur’an dan dilantunkan dzikir, sholat dan puasa selalu ditegakkan, do’a dankebutuhan kepada Allah selalu dipanjatkan, dengan menerapkan kesemuanyamaka Allah akan memenuhi rumah tersebut dengan keberkahan.[21]
Berdasarkan teori di atas banyak ciri keluarga harmonis, ciri tersebutada yang berasal dari dalam individu maupun dari lingkungan. Dari dalamindividu misalnya kematangan emosi, menanamkan sikap saling percaya antaraanggota keluarga, sedangkan dari lingkungan misalnya: menjaga hubungandengan sesama anggota keluarga baik keluarga inti maupun keluarga jauh,serta menjaga hubungan dengan tetangga. Selain itu pemenuhan ekonomi jugasangat mempengaruhi keharmonisan keluarga.
Cara Membentuk Keluarga Harmonis
Keluarga harmonis adalah dimulai dengan keluarga yang akrab.Diperlukan upaya dan cara pandang yang lebih matang untuk menciptakannya,banyak hal yang dapat mempengaruhi kualitas dari keharmonisan tadi. Namunyang lebih penting adalah menjaga keintiman, dengan cara sebagai berikut:
1.      Toleransi. Toleransi disini adalah memahami bahwa orang-orang yang kitacintai mungkin mempunyai gambaran yang berbeda dalm fikiran merekatentang cara menghadapi suatu peristiwa. Jadi dalam keluarga tidakmeributkan hal sepela, mencoba menyamakan persepsi dan bekerja sama.
2.      Waktu bersama-sama, menggali kreatifitas dan mengambil manfaatnya bagikeluarga, merencanakan waktu khusus, isi momen-momen istimewa, ubahcara rutin dengan melibatkan seluruh keluarga, nikmati bersama hobi anda,dan libatkan diri dengan melibatkan anak dalam kegiatan yang digemari.
3.      Jatuh bangun (terus berusaha). Jangan menyerah terus mencoba pendekatanbaru untuk menjalin hubungan yang lebih mandalam dengan anak,pasangan, dan sesuaikan dengan minat, usia, serta keadaan.
4.      Terjunlah kedunia (menunjukkan kasih sayang dalam tindakan).
5.      Kurangi menggurui, perbanyak mendengar. Berusahalah untuk salingmenghormati sudut pandang dan impian satu sama lain.
6.      Sarana hidup sebagai penyimpanan keyakinan yang harus ditanamkan. Halini dilakukan dengan membuat kotak, buku, dan sebagainya untukmenyimpam gagasan, nilai, yang layak disimpan di kotak tersebut, namunsebelumnya harus melalui komunikasi dengan keluarga, serta carapenggunaanya diatur oleh keluarga.
7.      Cinta menyeluruh. Tunjukkan dan sering-seringlah menunjukkan cintakepada keluarga.[22]
Dalam ajaran agama islam ada beberapa hal yang perlu diperhatikanuntuk membentuk keluarga yang sakinah atau harmonis.Keluarga sakinah merupakan idaman bagi semua orang.Untukmewujudkannya memerlukan strategi yang disertai dengan kesabaran dankeuletan dari suami istri. Islam memberikan rambu-rambu dalam sejumlah ayatAl-Qur’an sebagai legitimasi yang dapat digunakan untuk pegangan bagi suamiistri dalam upaya membangun dan melestarikannya antara lain:
1.      Selalu bersyukur saat mendapatkan nikmatKalau kita mendapat karunia dari Allah swt berupa harta, ilmu, anak,dll, bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah diberikan tersebutsupaya apa yang ada pada genggaman kita itu berbarakah. Sebagaimana firmanAllah Q.S Ibrahim ayat 7

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnyaazab-Ku sangat pedih".
2.      Senantiasa sabar saat ditimpa kesulitan.Semua orang pasti mengharapkan bahwa jalan kehidupannya selalulancar dan bahagia, namun kenyataannya tidaklah demikian. Sangat mungkindalam kehidupan berkeluarga menghadapi sejumlah kesulitan dan ujian;bereupa kekurangan harta, ditimpa penyakit, dll. Pondasi yang harus kitabangun agar keluarga tetap bahagia walaupun sedang ditimpa musibah.Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Lukman ayar 17:



“bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yangdemikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
3.      Bertawakal saat memiliki rencanaAllah sangat suka kepada orang-orang yang melakukan sesuatu secaraterencana. Nabi Muhammad saw kalau melakukan sesuatu yang penting selalubermusyawarah dengan para sahabatnya. Musyawarah merupakan bagian dariproses perencanaan. Alangkah indahnya apabila suami istri selalubermusyawarah dalam merencanakan hal-hal yang dianggap penting dalamkehidupan berumah tangga, misalnya masalah pendidikan anak, tempat tingal,dll. Dalam menyusun sebuah rencana hendaknya berserah diri kepada Allahswt, itulah yan disebut tawakal. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Ali-Imran: 159.



“…kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Makabertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orangyang bertawakkal kepada-Nya”.
4.      Bermusyawarah.Seseorang pemimpin harus berani mengambil keputusan keputusanyang srtategis. Alangkah mulia kalau suami sebagai pemimpin selalu mengajakbermusyawarah kepada istri dan anak-anaknya dalam mengambil keputusan-keputusanpentingyang menyangkut urusan keluarga. Hindarkan diri dari sikapotoriter, insya Allah hasil musyawarah itu akan lebih baik. Sebagaimana firmanAllah dalam Q.S Asy-Syuura: 38:
 “…sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antaramereka…”
5.      Tolong menolong dalam kebaikanMenurut Aisya ra, Rosulullah sebagai suami selalu menolon isterinya.Beliau tidak segan untuk mengerjakan pekerjaan yang bisa dilakukan istriseperti mencuci piring/ baju, menggendong anak, dll. Nah kalau kita inginmembangun keluarga yan shaleh, maka suami harus berusaha meringankanbeban istri, begitu juga sebaliknya. Jadikan tolong menolong sebagai hiasanrumah tangga. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Maidah:2


“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dantakwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat beratsiksa-Nya”.
6.      Senantiasa memenuhi janjiMemenuhi janji merupakan bukti kemuliaan seseorang. Sedalamapapun ilmu yang dimiliki seseorang, setinggi apapun kedudukannya, tapikalau sering menyalahi janji tentu orang tidak akan lagi percaya. Bagaimanaseseorang akan menjadi suami yang dihargai istri dan anak-anak jika seringmenyalahi janji kepada mereka. Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Maidah: 1


“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…”
7.      Segera bertaubat bila terlanjur melakukan kesalahanDalam mengarungi bahtera rumah tangga, tak jarang suami istriterjerumus pada kesalahan. Itu tidak dapat dipungkiri. Apabila suami/istrimelakukan kesalahan, hendaklah segera bertaubat dari kesalahan itu.Sebagaimana firman Allah Q.S Ali-Imran: 135



 “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atauMenganiaya diri sendirimereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunterhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosaselain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinyaitu, sedang mereka mengetahui”.
8.      Saling menasehatiUntuk membentuk keluarga yang shaleh, tentunya dibutuhkan sikaplapang dada dari masing-masing pasangan untuk dapat menerima nasihatkepada pasangannya. Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Ashr:1-3
1. demi masa.2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalamkerugian,3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalsaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehatmenasehati supaya menetapi kesabaran”.
9.      Saling member maaf dan tidak segan untuk meminta maaf kalau melakukankekeliruanSebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah swt Q.S Ali-Imran:134



“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)orang.Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
10.  Suami istri selalu berprasangka baikSuami-istri hendaknya selalu berprasangka baik akan lebihmenentramkan hati, sehingga konflik dalam keluarga lebih dapatmenentramkan hati, sehingga konflik dalam keluarga lebih dapat diminimalisir.Dalam firman Allah swt Q.S Al-Hujurat:12



“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlahmencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu samalain”.
11.  Mempererat silaturrahmi dengan keluarga istri atau suami.Dalam firman Allah swt Q.S Al-Hujurat:13



“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilakidan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa danbersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orangyang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang palingtaqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi MahaMengenal”.
12.  Melakukan ibadah secara berjamaahDengan melaksanakan ibadah secara berjama’ah ikatan batin antarasuami-istri akan lebih erat. Di samping itu, pahala yang dijanjikan Allah punbegitu besar. Sebagai mana yang diterangkan dalam hadist H.R.Mutafaq’Alaihi yang artinya:“Shalat berjama’ah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalatSendiri-sendiri”.
13.   Mencintai keluarga istri atau suami sebagaimana mencintai keluargasendiri.Berlaku adil atau tidak berat sebelah adalah hal mesti dijalankan olehmasing-masing pasangan agar tercipta suasana saling menhormati dalam rumahtangga, sebagaimana hadist H.R. Muslim yang artinya:
“Tidak sempurna iman seseorang diantara kamu, sehingga mencintaisaudaranya (keluarga, sahabat, dan sebaginya) seperti mencintai dirinyasendiri”.
14.   Memberi kesempatan kepada suami atau istri untuk menambah ilmu.Kewajiban mencari ilmu melekat kepada siapa pun termasuk kepadasuami istri, sebagaimana dijelaskan dijelaskan oleh Rasulullah saw yan artinya:
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (H.R Muslim).
Apabila keempat belas hal di atas dikerjakan secara konsekuen olehmasing-masing pasangan, insyaAllah akan tercipta keluarga yang menjadipenyejuk hati.[23]Agar mendapatkan keluarga harmonis sesuai dengan harapan, makahal-hal di atas harus benar-benar dilaksanaka oleh pasangan suami istri danpara anggota keluarga. Jika hal tersebut sudah dilaksanakan maka keluargaharmonispun akan senantiasa tercipta dengan sendirinya.
Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), dan Kecerdasan Spiritual (SQ) dalam Mewujudkan Keharmonisan Keluarga.
            Meminjam istilah Dr. Ali Shariati, seorang intelektual muslim yang mengatakan bahwa: Manusia adalah makhluk dua dimensi yang membutuhkan penyelarasan kebutuhan akan pentingnya jasmani dan rohani. Oleh karena itu, manusia harus memiliki konsep duniawi atau kepekaan emosi serta intelegensi yang baik (EQ & IQ) dan penting pula penguasaan ruhaniah vertical atau Spiritual Quotient (SQ).[24]
Kecerdasan Intelektul
Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yangmembedakan kualitas orang yang satu dengan orang yang lain.Kecerdasan intelektual lazim disebut dengan inteligensi.Istilah ini dipopulerkankembali pertama kali oleh Francis Galton, seorang ilmuwan dan ahli matematika yangterkemuka dari Inggris.Inteligensi adalah kemampuan kognitifyang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yangkompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik.[25]
Istilah inteligensi digunakan dengan pengertian yang luas dan bervariasi, tidak hanya oleh masyarakat umum tetapi juga oleh anggota-anggota berbagai disiplin ilmu.Anastasi mengatakan bahwa inteligensi bukanlah kemampuan tunggal dan seragam tetapi merupakan komposit dari berbagai fungsi.Istilah ini umumnya digunakan untuk mencakup gabungan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk bertahan dan maju dalam budaya tertentu.Kemampuan intelektual ini dapat diukur dengan suatu alat tes yang biasa disebut IQ (Intellegence Quotient). IQ adalah ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada saat tertentu, dalam hubungan dengan norma usia yang ada menyebutkan bahwa ada berbagai macam pengukuran inteligensi dan setiap tes IQ yang digunakan akan disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan dari penggunaan tes IQ tersebut.[26]
Intelektual dan Keharmonisan Keluarga
Membangun keluarga erat kaitannya dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki olehseseorang.Anggota keluarga yang memiliki IQ tinggi diharapkan dapat menghasilkan pola hubungan dan kinerja yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ lebih rendah. Haltersebut karena mereka yang memiliki IQ tinggi lebih mudah menyerap ilmu yangdiberikan sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang berkaitandengan keluarga dan lingkungan disekitarnya akan lebih baik.
Kecerdasan Emosi
Orang yang pertama kali mengungkapkan adanya kecerdasan lain selain akademik yang dapat mempengaruhi keberhasilan sesorang adalah Gardner. Kecerdasan lain itu disebut dengan emotional intelligence atau kecerdasan emosi.[27]
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif. Menurut Salovey dan Mayer, 1999 (handbook Emotional Intelligence training, prime consulting)  kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasakan emosi, menerima dan membangun emosi dengan baik, memahami emosi dan pengetahuan emosional sehingga dapat meningkatkan perkembangan emosi dan intelektual.
Salovey juga memberikan definisi dasar tentang kecerdasan emosi dalam limawilayah utama yaitu, kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang kain, dan kemampuan membinahubungan dengan orang lain. Seorang ahli kecerdasan emosi, Goleman mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi di dalamnya termasukkemampuan mengontrol diri, memacu, tetap tekun, serta dapat memotivasi dirisendiri.Kecakapan tersebut mencakup pengelolaan bentuk emosi baik yang positifmaupun negatif.[28]
Purba berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuandi bidang emosi yaitu kesanggupan menghadapi frustasi, kemampuan mengendalikanemosi, semamgat optimisme, dan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lainatau empati.[29]
 Emosionaldan Keharmonisan Keluarga
Kehidupan Keluarga mempunyai berbagai masalah dan tantangan yang harus dihadapioleh setiap anggota keluarganya terutama bagi suami dan istri, misalnya perbedaan pandangan hidup, tuntutan rumah tangga, suasana rumah yangtidak nyaman dan masalah hubungan dengan anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya.Masalah-masalah tersebutdalam keluarga bukanlah suatu hal yang hanya membutuhkan kemampuanintelektualnya, tetapi dalam menyelesaikan masalah tersebut kemampuan emosi ataukecerdasan emosi lebih banyak diperlukan. Bila sesorang dapat menyelesaikanmasalah-masalah di dalam rumah tangga yang berkaitan dengan emosinya maka dia akanmenghasilkan kerja yang lebih baik
Kecerdasan Spiritual
Pada masa kini orang mulai mengenal istilah kecerdasan lain disamping keduakecerdasan diatas, yaitu kecerdasan spiritual. Zohar dan Marshalmendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai rasa moral, kemampuan menyesuaikanaturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setarauntuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasannya, jugamemungkinkan kita bergulat dengan ihwal baik dan jahat, membayangkan yangbelum terjadi serta mengangkat kita dari kerendahan. Kecerdasan tersebutmenempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup sesorang lebih bernilai danbermakna.[30]
Berman mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) dapatmemfasilitasi dialog antara pikiran dan emosi, antara jiwa dan tubuh. Dia jugamengatakan bahwa kecerdasan spiritual juga dapat membantu sesorang untuk dapatmelakukan transedensi diri. Pengertian lain mengenai kecerdasan spiritual adalahkemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatanmelalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yangseutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik serta berprinsip hanya karenaAllah.[31]
Kecerdasan spiritual muncul karena adanya perdebatan tentang IQ dan EQ,oleh karena itu istilah tersebut muncul sebab IQ dan EQ dipandang hanyamenyumbangkan sebagian dari penentu kesuksesan sesorang dalam hidup. Ada factor lain yang ikut berperan yaitu kecerdasan spiritual yang lebih menekankan pada maknahidup dan bukan hanya terbatas pada penekanan agama saja.Peran SQ adalah sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQsecara efektif.[32]Nggermanto mengatakan bahwasesorang yang memiliki SQ tinggi adalah orang yang memiliki prinsip dan visi yangkuat, mampu memaknai setiap sisi kehidupan serta mampu mengelola dan bertahandalam kesulitan dan kesakitan.[33]
Ada beberapa hal yang dapat menghambat berkembangnya kecerdasanspiritual dalam diri sesorang, yaitu:[34]
1.      Adanya ketidakseimbangan yang dinamis antara id, ego dan superego,ketidakseimbangan antara ego sadar yang rasional dan tuntutan dari alam taksadar secara umum
2.      Adanya orang tua yang tidak cukup menyayangi
3.      Mengharapkan terlalu banyak
4.      Adanya ajaran yang mengajarkan menekan insting
5.      Adanya aturan moral yang menekan insting alamiah
6.      Adanya luka jiwa, yaitu jiwa yang menggambarkan pengalaman menyangkutperasaan terasing dan tidak berharga.
Spiritual dan Keharmonisan Keluarga
Pada pertengahan tahun 1990, untuk menjadi pintar tidaklah sesederhanadinyatakan hanya dengan memiliki IQ yang tinggi. Penelitian Mudalimembuktikan tentang pentingnya kecerdasan spiritual.[35]Sesorang haruslah memilikiSQ yang tinggi agar dia dapat bebar-benar menjadi pintar. Kecerdasan tersebut jugadibutuhkan dalam mewujudkan keharmonisan keluarga, apabila ketiga kecerdasan tersebut dapat berfungsisecara efektif maka dia akan menampilkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah warohmah.
Nilai-nlai dari kecerdasan spiritual berdasarkan komponen-komponen dalam SQ yang banyak dibutuhkan dalam membangun rumah tangga harmonis, diantaranya adalah:
a.       Mutlak Jujur
Kata kunci pertama untuk sukses membangun keluarga harmonis selain berkata benar dankonsisten akan kebenaran adalah mutlak bersikap jujur. Ini merupakan hukum spiritual dalam hidup berumah tangga.
b.      Keterbukaan
Keterbukaan merupakan sebuah hukum alam di dalam keluarga, makalogikanya apabila sesorang bersikap fair atau terbuka maka ia telahberpartisipasi di jalan menuju dunia yang baik.
c.       Pengetahuan diri
Pengetahuan diri menjadi elemen utama dan sangat dibutuhkan dalammewujudkan harmoni keluarga karena lingkungan belajar yang baik sangat dibituhkan dalam menciptakan keluarga yang baik.
d.      Fokus pada kontribusi
Dalam rumah tangga terdapat hukum yang lebih mengutamakan memberidaripada menerima.Hal ini penting berhadapan dengan kecenderunganmanusia untuk menuntut hak ketimbang memenuhi kewajiban.Untuk itulahorang harus pandai membangun kesadaran diri untuk lebih terfokus padakontribusi.
e.       Spiritual non dogmatis
Komponen ini merupakan nilai dari kecerdasan spiritual dimana didalamnyaterdapat kemampuan untuk bersikap fleksibel, memiliki tingkat kesadaran yangtinggi, serta kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai.

 
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Purba 1999, Emotional Intelligence, Seri Ayah Bunda, 26 Juli-8 Agustus, Dian Raya, Jakarta
Agus Nggermanto, 2002, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum) : Cara Tepat Melejitkan IQ, EQ, dan SQ Secara Harmonis, Nuansa, Bandung
Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ), Arga.Jakarta
Anastasi, A, dan Urbina, S, 1997, Tes Psikologi (Psychological Testing), PT. Prehanllindo,  Jakarta
Basri, Hasan. 1996. Merawat Cinta Kasih. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Basri, Hasan.2002. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama.Yogyakarta: PustakaPelajar.
Drajat, Zakiah. 1975. Ketenangan dan Kebahagiaan Keluarga. Jakarta: BulanBintang.
Dlori, Muhammad M. 2005.Dicintai Suami (Istri) Sampai Mati. Jogjakarta:Katahati.
Doe, Mimie. 2002. SQ Untuk Ibu: Cara-Cara Praktis dan Inspiratif UntukMewujudkan Ketentraman Ruhani. Bandung: Penerbit Kaifa.
Goleman, D, 2000, Kecerdasan Emosi : Mengapa Emotional Intelligence Lebih Tinggi Daripada IQ, Alih Bahasa : T. Hermay, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1986.Psikologi UntukKeluarga. Jakarta: Gunung Mulia,
Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1991.Psikologi Praktis AnakRemaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupan, edisi kelima. Jakarta:Erlangga.
Joseph, G, 1978, Interpreting Psychological Test Data, Vol.1, New York VNR
Maria Sumediyani, 2002, Kecerdasan Spiritual dan Problema Bangsa Ini, www.google.com, 08 Juni 2011
Mudali, 2002, Quote : How High Is Yous Spiritual Intelligence ?.www.google.com, 08 Juni 2011
Mazhari, Husain. 2004. Membangun Surga dalam Rumah Tangga. Bogor:Cahaya.
Mufidah. 2008. Psikologi Keluarga Islam.Malang: UIN- Malang Press.
Musthofa, Aziz. 2001. Untaian Mutiara buat Keluarga. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Prof Nick Stinnet dan John DeFrain dalam Hawari, Dadang. 2004. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.
Qaimi Ali. 2002. Menggapai Langit Masa Depan Anak. Bogor: Cahaya.
Sarlito Wirawan Sarwono. 1982. Menuju Keluarga Bahagia. Jakarta: BatharaKarya Aksara.
Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


[1] Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
[2] Basri, Hasan. 1996. Merawat Cinta Kasih. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 111
[3] Qaimi Ali. 2002. Menggapai Langit Masa Depan Anak. Bogor: Cahaya. Hlm 14
[4] Djarajat, Zakiyah. 1975. Ketenangan dan Kebahagiaan Keluarga. Jakarta: BulanBintang. Hlm 9
[5]Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1991.Psikologi Praktis AnakRemaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. Hlm. 51
[6] Sarlito Wirawan Sarwono. 1982. Menuju Keluarga Bahagia. Jakarta: BatharaKarya Aksara. Hlm 2
[7] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupan, edisi kelima. Jakarta:Erlangga. Hlm. 299
[8]Dlori, Muhammad M. 2005.Dicintai Suami (Istri) Sampai Mati. Jogjakarta:Katahati. Hlm. 30-32

[9]Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1986.Psikologi UntukKeluarga. Jakarta: Gunung Mulia, hlm. 42-44
[10] Sarlito,op.cit, hlm 79
[11]Ibid, hlm. 79-82
[12]Gunarsa, op. cit, hlm. 202-203.
[13] Basri, Hasan.2002. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm, 27.
[14]Dlori, op.cit.hlm. 34-35
[15] Ibid, hlm 16-23
[16]Basri, op.cit. hlm, 32-37.
[17]Djarajat, op.cit. hlm. 35-37

[18]Prof Nick Stinnet dan John DeFrain dalam Hawari, Dadang. 2004. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. Hlm. 805-808

[19]Qaimi, op.cit. hlm. 16-21
[20] Musthofa, Aziz. 2001. Untaian Mutiara buat Keluarga. Yogyakarta: PustakaPelajar, hlm. 12-14
[21] Mazhari, Husain. 2004. Membangun Surga dalam Rumah Tangga. Bogor:Cahaya, hlm. 179

[22]Doe, Mimie. 2002. SQ Untuk Ibu: Cara-Cara Praktis dan Inspiratif UntukMewujudkan Ketentraman Ruhani. Bandung: Penerbit Kaifa, hlm. 65-66

[23]Mufidah. 2008. Psikologi Keluarga Islam.Malang: UIN- Malang Press, hlm. 210-218
[24]Dalam Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi danSpiritual (ESQ), Arga.Jakarta, hlm. xvi
[25] Joseph, G, 1978, Interpreting Psychological Test Data, Vol.1, New York VNR
[26]Anastasi, A, dan Urbina, S, 1997, Tes Psikologi (Psychological Testing), PT.Prehanllindo, Jakarta
[27]Goleman, D, 2000, Kecerdasan Emosi : Mengapa Emotional Intelligence LebihTinggi Daripada IQ, Alih Bahasa : T. Hermay, PT. Gramedia PustakaUtama, Jakarta.
[28] Ibid.
[29]Ahmad Purba 1999, Emotional Intelligence, Seri Ayah Bunda, 26 Juli-8 Agustus,Dian Raya, Jakarta
[30]Zohar, D, Marshal, I, 2000, SQ (Spiritual Intelligence) : The Ultimate Intelligence,Blomsburry Publishing, LondonDalam Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ), Arga. Jakarta
[31]Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ), Arga.Jakarta
[32] Ibid.
[33]Agus Nggermanto, 2002, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum) : Cara TepatMelejitkan IQ, EQ, dan SQ Secara Harmonis, Nuansa, Bandung
[34]Maria Sumediyani, 2002, Kecerdasan Spiritual dan Problema Bangsa Ini,www.google.com, 08 Juni 2011
[35]Mudali, 2002, Quote : How High Is Yous Spiritual Intelligence ?.www.google.com, 08 Juni 2011